Pahlawan Devisa

Minggu, 06 Maret 2011

Apa sih yang ada dibenak Anda kalau ditanya tentang TKI (Tenaga Kerja Indonesia)? Jawabannya banyak. Orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, tapi pulangnya bisa dalam kondisi teraniaya, luka, cacat, bahkan meninggal. Ada juga yang berhasil pulang memajukan keluarga dan kampung halamannya. Bahkan yang terakhir adalah Nuryati, dosen Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Dulu ia PRT (pembantu rumah tangga) di Arab Saudi.

Mereka semua disebut Pahlawan Devisa dan Pemerintah RI melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberikan penghargaan yang namanya Indonesia Migrant Worker Award. Nuryati salah satu orang yang memperoleh penghargaan tersebut. Negara Arab Saudi pun ikut memberikan penghargaan.

Justru pengalaman pahit TKI lainnya yang masih jadi sorotan berbagai aktivis LSM, masyarakat dan media. Sepertinya penderitaan mereka tidak ada habis-habisnya.

Topik TKI juga menjadi perhatian utama bagi peserta Lokarya JPIC Ursulin 2011. Selama lima hari mulai Rabu (23/2) sampai dengan Minggu (27/2) para peserta yang sebagian besar suster Ursulin ini mendalami seluk beluk persoalan TKI. Rm. Ismartono, SJ mengajak mereka menganalisa berbagai akar masalah sedalam-dalamnya.

Pertama-tama peserta memperoleh berbagai informasi TKI yang nasibnya kurang beruntung. Dari informasi tersebut, peserta mengalami transformasi, lalu menjadi terformasi (formatted) dan kemudian menjadi informator. Jadi mereka tergugah untuk merefleksikan dan mengambil sikap terhadap ketidakadilan yang terjadi pada TKI.

Sungguh, masalah TKI menjadi masalah kita semua. Betapa tidak, di saat yang sama ketika peserta JPIC Ursulin sedang berlokarya di Bandung, para aktivis buruh mingran Indonesia kembali meradang di Jakarta. Pasalnya, para aktivis Migrant Care dan Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) menganggap ucapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie tidak berpihak pada TKI. Ini terjadi dalam acara temu penulis Kompasiana pada hari Sabtu (26/2). Cuplikan berita tadi diambil dari Harian Kompas, 1 Maret 2011.

Sedangkan yang di bawah ini bukanlah para Pahlawan Devisa, melainkan peserta lokarya JPIC Ursulin 2011.

0 komentar:

Posting Komentar