With love from Thai

Rabu, 12 Desember 2012

On Nov. 28, 2010 Five juniors made their first profession at Regina Coeli. 
and on Nov. 28, 2012 they renewed their vows for another 3 years at Mater Dei, Thailand.

Let us remind our self of how great is Our Lord's love to us through our mother, S.Angela:
(4) Because, dearly beloved daughters and sisters, God has granted you the grace of setting you apart from the darkness of this miserable world and of uniting you together to serve his divine Majesty,
(5) you have to thank Him infinitely that, to you espe-cially, He has granted such a singular gift. (Saint Angela)

Terima Kasih!!



Untuk doa dan dukungan para suster Ursulin Provinsi Indonesia. 
Sebagai anggota Ursulin paling muda, kami dipercaya untuk mengikuti Kapitel Provinsi 2012 dan memperoleh banyak pengalaman berharga.
Kapitel Provinsi sudah berlangsung. 
Pada hari terakhir ini kami bela-belain berfoto. 
Nah, masih kelihatan sehat dan selamat…he..he..he..
Soli Deo Gloria
Yang pake baju putih dan pegang buku : Sr. Grace. Yang pake baju biru dan berkaca mata: Sr. Ayda

Abadi Kasih SetiaNya

Jumat, 30 November 2012

Setelah sekian lama PosUrsuline mati suri, sekarang kami hidup lagi.
Menggeliat semangat bersama dua suster Ursulin dari Komunitas Jl.Pos yang merayakan Pesta Hidup Membiara ke 70 tahun dan 40 tahun yaitu Sr.Agnes Soetosoewito,OSU dan Sr.Madeleine Mail,OSU dalam Perayaan Ekaristi Kudus, Rabu 28 November sore di Kapel Santa Ursula, Jakarta.
Dalam perayaan ini, para suster kita mengambil tema: Abadi Kasih SetiaNya dimana memang karena Dia yang lebih dahulu setia pada kita, membuat kita semangat untuk menanggapi cintaNya.

Sr.Agnes, Mgr Ignatius dan Sr.Madeleine.
 
Geliat ini semakin kuat dengan kehadiran para suster dari komunitas Ursulin di Jakarta pada perayaan tersebut. Kehadiran para suster menyadarkan kembali makna hidup bersama dalam komunitas sebagai keluarga rohani yang terikat satu sama lain dalam cinta kasih Yesus Kristus sebagai salah satu pilar penyangga hidup reliji seorang Ursulin.

Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr.Ignatius Suharyo ini pun sekaligus diujudkan untuk Peringatan berdirinya Uni Roma Ordo Santa Ursula ke 112 tahun.

Untuk itu Mgr.Ignatius mengungkapkan kembali akan pentingnya semangat rendah hati dalam menjalani hidup membiara. Menurut Mgr.Ignatius, saat ini dunia begitu mudah terpecah belah; maka untuk mampu bersatu hati yang patut dilakukan adalah terus menjalankan semangat rendah hati, lemah lembut dan sabar.

Setelah itu Sr.Agnes dan Sr.Madeleine memperbaharui kaul mereka. Suasana begitu hening dan syahdu. Suara Sr.Agnes yang sudah berusia 93 tahun itu masih terdengar keras dan tegas kala mengucapkan namanya saat pembaharuan kaul tersebut.
Perayaan Ekaristi menjadi semakin meriah dengan paduan suara spesial dari para suster komunitas Otista, Theresia dan St.Maria. "Kami ada gladi resik di ruang rekreasi loh," ungkap Sr.Dominic yang memperlihatkan adanya kebersamaan yang muncul apa adanya.
Koor gabungan para suster   

Sebelum berkat meriah, Sr.Windhi mengundang Sr.Madeleine sebagai satu suster yang bersyukur pada malam itu, sekaligus pimpinan komunitas Jl.Pos untuk memberikan sedikit ungkapan hati.

Sr.Madeleine membagikan hasil permenungan beliau selama menjalani masa hidup sebagai relijius Ursulin. Setelah itu Ekaristi Kudus ditutup dengan berkat meriah dari Mgr.Ignatius Suharyo.


Kegembiraan dilanjutkan dengan santap malam bersama dan potong kue Pesta Hidup Membiara.


Selamat Pesta
70 dan 40 Tahun Hidup Membiara
serta
Uni Roma Ordo Santa Ursula ke 112

Semoga semangat dan kesetiaan yang telah ditunjukan oleh para suster kita ini, membuat kita pun semakin mengalami Abadi Kasih SetiaNya.



Mgr. Soegijapranata SJ

Sabtu, 09 Juni 2012


 








Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, Uskup Pribumi Pertama
“Keputusanku untuk menjadi imam itu karena didorong untuk mengabdi bangsa. Saya telah mencari beberapa kemungkinan profesi, tetapi tidak ada yang lebih memungkinkan untuk memuliakan Tuhan dan sekaligus untuk mengabdi bangsa selain menjadi imam”


“Ini adalah tempat yang disucikan. Penggal dulu kepala saya, baru tuan boleh memakainya.”

“Jika kita benar-benar Katolik sejati sekaligus kita juga patriot sejati. Karenanya kita adalah 100% patriot, karena kita adalah 100% katolik.”

“Kemanusiaan itu satu, bangsa manusia itu satu. Kendati berbeda bangsa, asal-usul dan ragamnya, berlainan bahasa dan adat istiadatnya, kemajuan dan cara hidupnya, semua merupakan satu keluarga besar (umat manusia); demikian juga kendati tampak dalam kodrat laki-laki dan perempuan. Malahan, menurut kehidupan di dunia ini, seluruh umat manusia dan bangsa-bangsa saling membutuhkan satu sama lain; kalau tidak saling bekerja sama dan saling menolong pasti tak akan lepas dari bahaya, tidak akan terjelam kesejahteraan, tak akan ada kemajuan, tak akan ada tata susila, tak ada ketentraman dan keselamatan. (Surat Kegembalaan September 1940)”


“Anak-anakku laki-laki dan perempuan, yang disebut kusuma bangsa dan yang menjadi harapan Gereja, pandanglah kanan kirimu dengan hati dan pikiran yang jernih dan terbuka”


“Bapak-bapak dan ibu-ibu, didiklah anak-anakmu secara Katolik dan Nasional agar tetap lestari, berkembang dalam hal rohani dan jasmani, dengan memperhatikan agama dan kebangsaannya agar tetap teratur siap melaksanakan tugas rohani dan tugas umum lainya sebagaimana mestinya. Gemblenglah mereka dengan teladan perkataan dan tindakan kalian agar mereka memiliki watak dan kepribadian yang kokoh, dan teguh sehingga mampu menghadapi dan menanggung segala kesulitan dan tipu daya mana pun yang akan menghancurkan warisan bangsa dan leluhur kita. Juga agar mereka berani melawan segala usaha yang akan merusak sopan santun dan tata susila juga membongkar berbagai fitnah yang menyepelekan watak satria, tulus dan sederhana (Surat Kegembalaan Februari 1956)”

“Semoga dari rumah tangga katolik, yang betul-betul merupakan sumber hidup, sumber pendidikan, sumber kebahagiaan dan penghibur, menyumbangkan anak-anaknya sebagai pemimpin-pemimpin dan tenaga putera-puteri yang mampu membimbing golongannya menjadi golongan yang boleh dibanggakan oleh bangsa Indonesia (Pembukaan Kongres Pemuda Katolik)”


“Belajarlah dengan rajin, dengan sabar hati dan berbudi sesuai dengan kedudukanmu, supaya cukuplah kecerdasan, kepandaian, dan pengetahuan…perihal Tuhan dan wahyunya, perihal manusia, perihal semesta alam dengan segala isinya : perihal hubungan Tuhan dengan manusia, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta, pun pula perihal Gereja dengan bentuk, tugas, dan sejarahnya demikian pula perihal bangsamu, tanahmu,dengan sejarahnya”

“Jiwa kita adalah merdeka, jika kita selalu menuntut apapun juga yang bersifat sungguh benar, sungguh baik, sungguh indah dengan leluasa”

“…yang diperhatikan oleh masyarakat kita adalah apakah Gereja Katolik beserta umatnya itu ada gunanya, berdaya guna untuk negar dan Rakyat Indonesia? Apakah umat katolik Indonesia memiliki keberanian yang tangguh untuk turut mengisi kemerdekaan – yang telah berhasil dijangkau – dengan tata tentrem, kertaraharja dan kemakmuran baik jasmani maupun rohani?”

“Memang, tidak sedikit jumlahnya orang yang kemudian menjadi luntur, menjadi sama seperti kanan kirinya, hilang kekhasannya sebagai Katolik. Sebagian malah enggan kalau ketahuan bahwa dirinya katolik; bangga bahwa dapat menyatu dengan cara menyamar, berkulit bunglon. Betapa kasihan.”

“…Swara -Tama tidak bermaksud membujuk orang berkalung rosario, menjajar medali-medali, dan mendaras doa sepanjang jalan. Yang dituju (oleh Swara-Tama) adalah agar dapat memberi tuntunan dan melatih cara hidup katolik lahir-batin, tidak memandang tempat, derajat kedudukan mapupun asal-usul. Segala pengalaman hidup akan dibeber dan dibahas dalam kacamata Katolik, agar para pembaca senantiasa memegang tekad serta keyakinannya baik di gereja, di jalan, di tempat perjamuan, pekerjaan dan tempat hiburan, atau dimanapun tanpa perduli kanan-kirinya, agar jelas memperlihatkan bahwa kehidupannya telah dilandasi keyakinan akan kehidupan yang luhur”

Dikutip dari Buku “Kilasan Kisah Soegijapranata oleh G. Budi Subanar, SJ”
(sumber: http://luxveritatis7.wordpress.com/2012/06/06/kutipan-katolik-edisi-mgr-soegijapranata-sj/)

Perhentian Pertama

Senin, 26 Maret 2012



Inilah berita dan foto terbaru dari para probanis yang melakukan perhentian di Thailand, Materdei. Nampak wajah para suster yang tetap sadar kamera, berpose bersama Sr Tipknokh. 
 
Selain mengunjungi komunitas dan sekolah Ursulin di sana, para probanis dan Sr.Madeleine menyempatkan diri melihat-lihat kota. 

Misalnya mereka menyempatkan diri mengunjungi salah satu vihara di sana. Thailand yang terkenal dengan keindahan viharanya, membuat para suster probanis pun tak mau melewatkan kesempatan untuk semakin mengenal budaya para suster Ursulin Thailand melalui keanggunan arsitektur vihara di sana.





Dan menjelang subuh, mereka sudah berangkat ke perhentian berikut.
Dengan wajah ceria dan semangat mereka tiba di Thailand; dengan penuh syukur mereka melanjutkan perjalanan.

Lulus VS Lolos

Selasa, 20 Maret 2012

"Wah, saya tak bisa lebih lama lagi, saya harus pulang ke komunitas," kata seorang suster.
"Mengapa? kita masih perlu membahas beberapa hal," jawab yang lain.
"Ah, anak-anak mau ujian, saya perlu hadir di sekolah," jelasnya
Semua pun terdiam.
Begitulah salah satu dinamika yang dialami oleh para suster yang berkarya di pendidikan. Saat para siswa-siswi ujian, perasaan tegang pun ikut menjalar di hati mereka. Lulus atau tidak ya?...

Pasalnya, ada harapan agar semua lulus dengan nilai terbaik dari diri mereka. "Jadi, kalian diharapkan lulus bukannya lolos," ujar Romo Tomas Ulun, Pr dalam misa menjelang ujian yang diselenggarakan untuk siswi kelas IX SMP St.Ursula Jakarta. "Tahu bedanya lulus dan lolos?" tanya Romo Tomas Ulun lagi.
Anak-anak menggelengkan kepalanya.
Romo Tomas Ulun Pr

Romo Tomas Ulun pun menjelaskan bahwa di dunia pendidikan ada jenjang kelulusan. Jenjang pertama adalah cum laude yaitu lulus dengan predikat mendapat penghargaan. "Berikutnya adalah magna cum laude," Kata Romo Tomas Ulun "yaitu lulus dengan penghargaan tinggi", sambungnya. Jenjang ketiga adalah kelulusan dengan predikat maxima cum laude atau lulus dengan penghargaan lebih tinggi. "Nah, kelulusan paling tinggi adalah summa cum laude atau lulus dengan penghargaan setinggi-tingginya," jelasnya.
anak-anak mendengar dengan mata tak berkedip menatap Romo Tomas Ulun. "Tapi ada yang lulus dengan cara lain," ujarnya. "Mau tahu?" tanyanya. anak-anak mengangguk antusias.
"Nah, ini yang disebut predikat cum pietate alias LULUS dengan BELASKASIHAN!"
Geeeerrrr.... anak-anak tertawa.
 "Cum yang terakhir ini adalah lolos bukannya lulus!" jelas Romo Tomas Ulun. "Jadi, berusahalah dengan sebaik-baiknya agar kita semua bisa lulus dan bukan hanya lolos. AMIN?!!" tantangnya.
"AMIN!!!!!" jawab anak-anak semangat menerima tantangan tersebut.

Mendengar suara semangat dari mulut anak-anak membuat saya terharu. Ya, dalam hidup di dunia -- terutama di dunia akademik, kita selalu ada dalam sebuah posisi standarisasi tertentu. Untungnya dalam hidup rohani yang ada adalah standart belas-kasih. Cum pietate dari Allah yang disambut dengan semangat cum-cum yang lain dari hati saya.


Terima kasih Bapa Yang Baik, terima kasih Romo... terima kasih anak-anak... untuk kesempatan memenangkan hadiah dalam pertandingan iman ini.

Probanis: Menjelang Ziarah...

Senin, 19 Maret 2012

Menjelang akhir program probasi, para suster tetap mengisi waktu dengan cermat agar semakin berakar dalam kasih Kristus.

 Setiba di Komunitas Jl.Pos, mereka tetap memiliki jadwal pelajaran dan doa. Selain itu mereka menyediakan waktu untuk mempersiapkan presentasi tentang hidup rohani yang mereka alami selama ini untuk diungkap di Roma. Disela-sela kesibukan itu, mereka masih sempat untuk jalan-jalan dengan Sr.Madeleine dan Sr.Francesco ke Grand Indonesia. Mereka melihat air mancur menari yang ditayangkan setiap jam dan makan malam di Marche

senyum gembira .....


ini yang namanya: sadar kamera...

Menjelang Mursyawarah Ursulin Propinsi Indonesia 2012 berlangsung, berangkatlah Sr.Madeleine dengan enam personil Probanis. Inilah bentuk dari pemberian diri yang total dari mereka.
Lalu, bagaimana dengan enam Probanis yang lain? Mereka ternyata mempersiapkan segala macam yang belum selesai. Mulai dari membuat buku perjalanan yang lengkap dengan lagu, membuat name-tag untuk setiap tas, sampai menyiapkan amplop berisi kertas warna-warni dengan tulisan: "euro" untuk diperjalanan. Jadi, di ruang komputer di Jl.Pos mendadak penuh dengan kesibukan. Dan dalam kesibukan tersebut, mereka tidak lupa pada jadwal adorasi. Inilah bentuk kesungguhan dari usaha  membentuk pola hidup seimbang antara doa dan karya.

Dan akhirnya, tanggal keberangkatan pun tiba. Selepas sarapan pagi, Sr.Elda bersama Sr.Hermin tampil ke tengah ruang makan. "Saya, atas nama Sr.Madeleine dan suster probanis, mau mengucapkan limpah terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan cinta yang telah kami terima selama berada di sini," kata Sr.Elda dengan senyum manis. Ucapan terima kasihnya menjadi lengkap lantaran Sr.Elda menyempatkan diri bercerita lucu tentang Pace dari Papua. Cerita itu menutup ucapan terima kasih dengan tawa ceria.
Sr.Hermin yang juga berpamitan karena akan kembali ke Timor Leste tak mau ketinggalan. Dengan ditemani Sr.Elda, ia menutup ungkapan terima kasihnya pada komunitas dengan sebuah lagu pendek.
Menjelang pukul sembilan pagi, kedua-belas Probanis dengan Sr.Madeleine berangkat menuju bandara. Mereka akan memulai perjalanan ziarah untuk mempererat panggilan hidup sebagai relijius Ursulin Indonesia.

(Selamat Jalan dan Tuhan Berkati. Semoga sehat dan lancar-red)

“KUTEMUKAN SURGA DI MERAPI”

Jumat, 16 Maret 2012

Selama live in di Sumber, Tuhan mengajak saya masuk dan merasakan kehadiran Kerajaan-Nya yang terwujud di dunia. Laksana gunung Merapi nan gagah dengan kekuatannya yang maha dasyat, kemurahannya yang berlimpah-limpah diberikan untuk kehidupan. Seakan-akan tak berkesudahan berkatnya bagi alam dan kehidupan. Sungai yang mengalir dengan airnya yang jernih memberi hidup bagi alam dan manusia.
Itulah berkat Tuhan yang terus mengalir bagi kehidupan. Alam yang elok dengan hijaunya tumbuh-tumbuhan, memberi tanda dan harapan yang terus hidup, bertumbuh dan berkembang.
Orang-orang yang  hidup  dalam kesatuan yang harmoni dengan alam dan budaya, menggambarkan persatuan antara Sang Pencipta dan ciptaanNya. Kehidupan warga lereng Merapi yang sebagian besar petani dengan segala aktivitasnya memberi pelajaran yang berharga bagi saya untuk melihat betapa hidupnya kasih, iman dan harapan dalam hidup mereka. Perjuangan, kesetiaan, ketekunan untuk memelihara dan merawat tanaman sehingga menghasilkan buah. Hal ini membuat saya untuk melihat hidup panggilan  saya, sejauh mana saya merawatnya.
Kesetiaan mereka tetap menanam walaupun kalau dijual harganya tidak menentu, membawa saya untuk setia pada panggilan dan perutusan tanpa memikirkan penghargaan tetapi tetap tekun serta setia untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Kesederhanaan dan persaudaraan yang saya alami membuat saya tertantang untuk dapat tetap sederhana dan penuh kasih dalam hidup panggilan dan pelayanan. Tidak ada kata yang dapat saya ucapkan selain syukur dan terima kasih untuk pengalaman yang boleh saya alami selama di Sumber. Biarlah semua itu menjadi kekayaan yang dapat saya bagikan sehingga dapat dirasakan oleh semua yang saya layani
 Sr. Yekti OSU


Copyright@ by : Edukasi Gerakan Masyarakat Cinta Air 2011
(sumber: www.egmca.net)

GEMERICIK SYUKUR YANG MENGALIR DARI SUMBER...

Senin, 12 Maret 2012


Saat aku mulai jelajah sungai, aku merasakan tubuhku diterpa semilirnya angin yang menyejukan...,
Ragaku disentuh hangatnya sinar mentari....
Mataku dipantulkan indahnya panorama bukit, gunung, awan gemawan, lembah, ladang, sawah,..

Jiwaku disegarkan dinginnya air Tuk  AYU NIRMALA...,
Hatiku dihibur merdunya kicauan burung-burung...
Aku disambut ramah dan cerianya tumbuh-tumbuhan..., Mereka mengundangku untuk mendekat pada MISTERI HIDUP....  mereka berbisik :
“Teman, karena aku TINGGAL PADA POKOK, kini kamu saksikan betapa rimbun daunku, betapa lebat buahku..., betapa subur diriku...”
Mereka unjuk dirinya sebagai ketimun, tomat, kacang panjang, cabe merah, cabe rawit, melon, rumput gajah...,
Mereka bernyanyi riang menghantarku melintasi bukit yang terjal, menuruni lembah yang curam..., rasa tak gentar menyertaiku dan tetesan keringat mengucuri tubuhku...
Mereka terus membawaku KE MATA AIR SANG SUMBER HIDUP KEPERJAMUAN  EKARISTI yang dirayakan di tengah samudera pasir, kerikil, batu yang diluapkan dari lubuk hati “MBAH LUWIH...”
Luar biasa, dasyat...
Dan aku hanya bisa terperangah, terdiam..., dalam DIA yang hidup, tinggal, dan diam sedekat-dekatNYA dalam keheningan, dalam alam semesta, sambil merundukan hati sedalam-dalamnya  di atas bumi yang tercinta,
Sambil ucap syukur pada Bapa atas kemuliaanMu, keagungan KasihMu...,
Yang Kau nyatakan dihadapanku dalam Yesus Kristus...,
Yang karena kuasa Roh Kudus diwartakan...,
Lewat kesaksian hidup dan iman dari hambaMu Romo Kirjito, Pr beserta teman-teman tani seperjuangannya,
dan teman-teman dalam peziarahan rohani komunitas Tersiat angkatan 2011-2012.

Sr. Madeleine Mail, OSU

Copyright@ by : Edukasi Gerakan Masyarakat Cinta Air 2011
(sumber: http://www.egmca.net)

Hukum Kasih di Ruang Sidang Sidoarjo

Jumat, 02 Maret 2012


 
Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya kelaparan. Namun seorang laki yang merupakan manajer dari PT yang memiliki perkebunan singkong tersebut tetap pada tuntutannya, dg alasan agar menjadi cnth bagi warga lainnya.

Hakim menghela nafas. dan berkata, “Maafkan saya, bu”, katanya sambil memandang nenek itu.

”Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU”.

Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Namun tiba-tiba hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang Rp 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang sidang.

‘Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini, sebesar Rp 50 ribu, karena menetap di kota ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya.

"Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”

sebelum palu diketuk nenek itu telah mendapatkan sumbangan uang sebanyak Rp 3,5 juta dan sebagian telah dibayarkan kepanitera pengadilan untuk membayar dendanya, setelah itu dia pulang dengan wajah penuh kebahagian dan haru dengan membawa sisa uang termasuk uang Rp 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT yang menuntutnya.

Semoga di indonesia banyak hakim-hakim yang berhati mulia sepertii ini.

(sumber: FB Mintara Sufiyanta,SJ- terima kasih, Pater Mintara untuk sahring kisahnya-red)

SELAMAT PESTA St. ANGELA MERICI

Jumat, 27 Januari 2012







Bagai awan gelap
yang mengawali hujan,
kematian keluargamu
mengawali kesedihan.
 
Bagai pelangi
yang muncul setelah hujan
dan membawa keindahan,
keberhasilan dan ketegaranmu
membawa kebahagiaan.
 
Bagai bulan yang memberi terang
pada malam yang gelap,
engkau memberi penerangan
pada banyak orang.
Menjadi panutan bagi orang-orang
untuk menemukan Tuhan.
Seperti matahari
yang membuat bintang dan bulan
bisa bersinar.

Seorang yang penyayang
ibarat seorang ibu
bagi kami semua,
engkaulah Santa Angela
yang selalu kami kenang dalam hati
sebagai pelindung kami semua.
(Puisi karya: Stella/Siswi Santa Ursula BSD)
 
Saint Angela. By Barnaba Porro. Province of Italy, Rome  

I shall always be in your midst, helping your prayers.
Last Counsel/20

Mari Menanam Kebaikan

Kamis, 26 Januari 2012


James Bender dalam bukunya, "How to Talk Well" [New York; McGray-Hill Book
Company,Inc., 1994], menyebutkan sebuah cerita tentang seorang petani yang
menanam jagung unggulan dan sering kali memenangkan penghargaan petani
dengan jagung terbaik sepanjang musim.

Suatu hari, seorang wartawan dari koran lokal melakukan wawancara dan
menggali rahasia kesuksesan petani tersebut.

Wartawan itu menemukan bahwa petani itu membagikan benih jagungnya kepada para tetangganya.

"Bagaimana Anda bisa berbagi benih jagung dengan tetangga Anda, lalu
bersaing dengannya dalam kompetisi yang sama setiap tahunnya?" tanya
wartawan, dengan penuh rasa heran dan takjub.

"Tidakkah Anda mengetahui bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari jagung
yang akan berbuah dan membawanya dari satu ladang ke ladang yang lain. Jika
tetangga saya menanam jagung yang jelek, maka kualitas jagung saya akan
menurun ketika terjadi serbuk silang. Jika saya ingin menghasilkan jagung
kualitas unggul, saya harus membantu tetangga saya untuk menanam jagung yang bagus pula," jawab petani.

Petani ini sangat menyadari hukum keterhubungan dalam kehidupan. Dia tidak
dapat meningkatkan kualitas jagungnya, jika dia tidak membantu tetangganya
untuk melakukan hal yang sama.

Dalam kehidupan, mereka yang ingin menikmati kebaikan, harus memulai dengan menabur kebaikan pada orang-orang di sekitarnya. Jika Anda ingin bahagia, Anda harus menabur kebahagiaan untuk orang lain. Jika Anda ingin hidup dengan kemakmuran, maka Anda harus berusaha meningkatkan taraf hidup orang-orang di sekitar Anda.

Anda tidak akan mungkin menjadi ketua tim yang hebat, jika Anda tidak
berhasil meng-upgrade masing-masing anggota tim Anda. KUALITAS ANDA
DITENTUKAN OLEH ORANG-ORANG DI SEKITAR ANDA.

Orang Cerdas sejatinya adalah orang yang mencerdaskan orang lain, begitu
pula orang yang baik adalah orang yang mau membaikkan orang lain...

Selamat menebarkan kebaikan di manapun anda berada.....



Merry Xmas Desember 2011
Happy New Year 2012
Happy Chinese New Year too.....

salam kasih,
UPost