Sahabatku tukang sol sepatu

Minggu, 27 Maret 2011

Tekun, sabar dan bersyukur

      Setiap hari aku melewati jembatan Harmoni kalau mau berangkat kuliah karena aku menggunakan Trans Jakarta. Di bawah jembatan penyeberangan ada seorang tukang sol sepatu (bapak tua berusia hampir 70 tahun). Otomatis setiap kali aku melihatnya, aku ber-'say hello';  bahkan beberapa kali aku memperbaiki sol sepatu kepadanya. 
      Suatu kali, aku memberikannya sekotak nasi yang aku dapatkan dari sekolah tempatku berkarya. Nah sejak itu, kami selalu saling sapa kalau aku lewat di depannya. Yang membuatku merasa kurang enak adalah caranya menyapaku; tepatnya saat aku lalu dihadapannya. Ia akan menyapaku dengan membungkukkan badang dengan lengan di dadanya sambil tersemnyum penuh kesukaan; seolah-olah aku ini adalah Sakramen Maha Kudus.
Apa lagi kalau ia melihatku dari kejauhan, maka dia akan mengatur/merapikan sepatu-sepatu yang berserakan di depannya. Biasanya yang lewat duluan adalah Sr. Beti karena ia kuliah lebih awal dari aku. Maka ketika aku lewat Bapak itu akan berkata, "Bu, tadi sudah lewat, koq sekarang lewat lagi?". Aku menjawab, "oh...itu beda orang Pak." Dia terheran-heran karena bagi dia mungkin kami sama. 

Pernah 1 minggu yang lalu aku tidak melihatnya selama beberapa hari. Saat ia ada, aku pun bertanya, "Dari mana Pak koq beberapa hari tak kelihatan?" Ada rasa kehilangan juga. "Itu neng..abis pulang kampung dari Bandung" dengan logat sundanya yang medok. Suatu sore aku sengaja tidak menyapanya karena dia sedang asyik ngobrol dengan temannya, aku hanya lewat saja. Ternyata dia lihat bayanganku dan dengan spontan dia berteriak,"Neeeeng...berangkat???" Aku hanya melambaikan tangan sambil bergegas berlalu. Aku merasa dia sudah jadi sahabatku di saat aku tidak memperdulikan semua orang yang aku jumpai di jalan, masih ada orang yang menyadarkanku bahwa masih ada yang peduli padaku; dan bisa dikatakan Bapak itu pun minta dipedulikan. Mengajarkanku bahwa masih ada orang yang perhatian. 
Selama ini kalau aku jalan seperti kilat tidak peduli kiri dan kanan yang penting aku sampai di halte busway dan cepat dapat bis. 
Terimakasih sahabatku, Bapak sol sepatu! 
Senyum dan keramahanmu menyadarkanku. 
Sapaanmu begitu tulus.

"Neng, brangkat????"

(Sharing dari Sr. Entin, OSU/ Komunitas Santa Maria Juanda - Jakarta)

Pintu buka sendiri.

Sabtu, 26 Maret 2011

(ilustrasi rumah sakit di Roma)
Di hari ke dua sesudah operasi Sr. Herminia di RS Policlinico Roma, Sr Maria Dolorosa, Sr. Lita dan saya
(Sr. Marlene), sesudah makan siang, kami pergi mengunjungi Sr. Herminia . Seperti biasa, kami naik bus. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 1 permata (stopan). Saat itu bus penuh sesak sehingga kami sulit turun. Akhirnya kami ikut bus sampai 3 permata. Saat turun, kebetulan seorang ibu yang turun dan ia menuju ke RS.
Kamipun bersama- sama melangkah ke sana. Tak lama, tampak gerbang rumah sakit yang besar dan luas. Saya merasa gerbang itu asing dan belum pernah saya masuki. Semakin masuk, saya semakin kehilangan jalan menuju ruangan Sr. Hermin. Kami menyusuri lorong, keluar masuk dan tidak bertemu juga dengan ruangan yang kami tuju.
  
Akhirnya Sr. Lita berkata, "Ayo kita keluar dulu, lalu kita masuk melalui jalan yang pernah dilewati oleh Sr. Marlene,". Maka kami melangkah menuju jalan raya. Dari jalan raya saya langsung ingat jalan menuju ruangan Sr. Hermin. Wah, kami langsung merasa lega. Ternyata dalam melakukan segala sesuatu, tidak cukup berpedoman pada apa yang pernah dilakukan. Saya berpedoman "pintu buka sendiri"; dan ternyata pedoman itu tidak cukup; kadang diperlukan jalan lain untuk menuju pintu itu.
Selamat menjalankan pra paskah bagi kita semua.
(sharing pengalaman dari sr. Marlene osu-- komunitas Generalat Roma)

Misi Bunuh Diri Pekerja Reaktor Nuklir

Jumat, 25 Maret 2011

para pekerja di garis depan reaktor nuklir di Jepang

PESAN-PESAN memilukan dikirim para pekerja yang mencoba untuk mencegah bencana nuklir skala penuh di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang bermasalah di Jepang. Pesan-pesan itu mengungkapkan, mereka tahu betul bahwa mereka sedang menjalankan misi bunuh diri.

Seorang dari mereka, yang disebut sebagai Fukushima Fifty, mengatakan, mereka menerima dengan tabah nasib mereka seperti suatu hukuman mati. Seorang yang lain, setelah menyerap dosis radiasi yang hampir mematikan, mengatakan kepada istrinya, "Tolong terus lakoni hidup dengan baik, untuk sementara saya tidak bisa pulang."

Tingkat radiasi di pintu masuk PLTN itu berada pada level yang akan langsung membunuh para pekerja atau menyebabkan mereka menderita penyakit mengerikan dalam sisa hidup mereka. Para ahli mengatakan, pakaian kedap udara yang mereka kenakan hanya sedikit bisa menghentikan paparan radiasi.

Harian Inggris, The Dailymail, akhir pekan lalu melaporkan, kelompok Fukushima Fifty (Limapuluh Orang Fukushima) itu tetap bertahan setelah 700 rekan mereka melarikan diri saat tingkat radiasi menjadi terlalu berbahaya. Identitas mereka belum terungkap, tetapi para ahli mengatakan, mereka sepertinya para teknisi garis depan dan petugas pemadam kebakaran yang sangat mengetahui pembangkit itu.

Diperkirakan, kebanyakan dari mereka adalah laki-laki paruh baya yang menjadi sukarelawan karena mereka sudah memiliki anak—pekerja muda mungkin akan menjadi tidak subur oleh dosis radiasi yang tinggi. Mereka disebut Fukushima Fifty, tetapi sesungguhnya kelompok itu berjumlah 200 orang yang bekerja empat shift secara bergiliran. Mereka bekerja untuk menghidupkan kembali sistem pendingin reaktor Fukushima yang rusak akibat hantaman tsunami.

Jumat lalu, pesan-pesan menyayat hati mereka kepada keluarganya dipublikasikan televisi nasional Jepang yang telah mewawancarai kerabat mereka. Seorang anggota keluarga mereka berkata, "Ayah saya masih bekerja di pembangkit itu. Dia mengatakan, dia menerima nasibnya, seperti sebuah hukuman mati." Seorang perempuan mengatakan, suaminya yang berada di pembangkit itu terus bekerja dan sepenuhnya menyadari ia sedang dibombardir radiasi.

Perempuan yang lain mengatakan, ayahnya yang berusia 59 tahun secara sukarela mengajukan diri untuk tugas di Fukushima. Ia menambahkan, sebagaimana dikutip Dailymail, "Saya mendengar bahwa ia secara sukarela meskipun ia akan pensiun dalam waktu setengah tahun dan mata saya jadi penuh dengan air mata. Di rumah, ia tidak tampak seperti seseorang yang bisa menangani pekerjaan besar. Tapi hari ini, saya benar-benar bangga padanya. Saya berdoa agar dia kembali dengan selamat."

Gadis lain yang ayahnya bekerja di reaktor Fukushima itu berkata, "Saya tidak pernah melihat ibu saya menangis begitu kencang." Dia menulis di Twitter, "Orang-orang di pembangkit itu berjuang, mengorbankan diri mereka untuk melindungi Anda. Semoga Ayah kembali dalam keadaan hidup."

Dari semua mereka yang bertahan di pembangkit itu, lima diantaranya diketahui meninggal dan dua hilang. Sedikitnya 21 orang lainnya terluka. Seorang pekerja perempuan yang mengaku bertugas di reaktor Fukushima Nomor 2 saat tsunami melanda telah mem-posting di akunnya di internet tentang apa yang terjadi.

Michiko Otsuki, yang sejak saat itu mencari perlindungan, menulis pada sebuah situs jejaring sosial Jepang yang diterjemahkan The Straits Times sebagai berikut: "Di tengah suara alarm tsunami pada pukul 03.00 pada malam hari ketika kami tidak bisa melihat ke mana kami pergi, kami terus bekerja untuk memulihkan reaktor-reaktor di tempat kami, yang berada tepat di tepi laut, dengan kesadaran bahwa ini bisa berarti kematian. Mesin yang mendinginkan reaktor itu betul-betul berada di tepi laut, dan hancur oleh tsunami. Setiap orang bekerja mati-matian untuk mencoba memulihkannya."

"Memerangi kelelahan dan perut kosong, kami menyeret diri kembali bekerja. Ada banyak yang belum dapat berhubungan dengan anggota keluarga mereka, tetapi menghadapi situasi ini dan bekerja keras."
Dr Michio Kaku, seorang ahli fisika teoritis, mengatakan kepada jaringan televisi AS, ABC, bahwa situasi telah memburuk dalam hari-hari terakhir. "Kami berbicara tentang para pekerja yang masuk ke reaktor itu mungkin sebagai misi bunuh diri," katanya.

Michael Friedlander, yang telah bekerja di manajemen krisis di pembangkit nuklir yang sama di Amerika, menambahkan, para pekerja mungkin makan ransum militer dan minum air dingin untuk bertahan hidup. "Di tengah rasa dingin, gelap, dan Anda melakukan hal itu sambil mencoba untuk memastikan Anda tidak mencemari diri Anda saat Anda sedang makan," katanya.

"Saya dapat memberitahu Anda dengan kepastian 100 persen bahwa mereka benar-benar berkomitmen untuk melakukan apa pun yang secara manusiawi perlu untuk membuat pembangkit itu berada dalam kondisi aman, bahkan dengan risiko hidup mereka sendiri." 


(sharing berita dari Pak Jati, IPEKA)
http://m.kompas.com/news/read/data/2011.03.21.07591631


Pemeriksaan radiasi nuklir

Aku Beda

Kamis, 24 Maret 2011


Sepulang kuliah aku sangat lelah. Aku melihat jam tanganku ketika aku sampai di rumah.... ohhhh sudah jam 21.10. Aku langsung menuju tempat makan dimana biasanya aku disimpankan makanan oleh suster-susterku. Tadi adalah mata kuliah speaking. Sangat enjoy di kelas ini karena dosennya sangat menarik dalam mengajar. Hari ini kami praktek bagaimana mewawancara dan diwawancara. Kami dibagi tugas berpasangan (berdua-dua). Di tengah-tengah kuliah biasanya kami ada break time selama 10 menit. Saat break ini biasanya kami boleh ke toilet, makan minum apa yang dibawa, dll. Kali ini ada suatu topik yang dibahas saat break yaitu teman-temanku membahas tempat makan untuk besok malam karena ada seorang teman di kelas yang berulang tahun. Mereka memutuskan untuk makan di Plaza Semanggi dan aku tidak ikut ambil bagian dalam rembukan ini. Seorang teman mengabsen siapa saja yang bisa hadir dan tidak pada acara pesta tersebut. Semuanya mengacungkan tangan kecuali aku. Teman-teman mengarahkan pandangan padaku sambil berkata, "Suster, ayolah sekali-sekali gabung makan enak bersama kami." Aku hanya tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Memang dalam hal ini aku tidak pernah bergabung bersama teman-teman bila ada yang berulang tahun dan mereka rayakan di luar. Rupanya dari sikap diamku mereka mengerti, siapakah aku ini; aku tidak sama dengan mereka, aku "beda". Tidak mudah hidup bersama orang-orang muda di hari gini dan di kota sebesar Jakarta dengan segala iming-iming yang selalu di depan mata. Namun dari peristiwa-peristiwa seperti inilah aku diuji dan dimurnikan bahwa aku harus memberi kesaksian bahwa aku "tidak sama" dengan mereka. Aku adalah seorang suster yang mestinya memberi teladan dan sinar yang lain.
(Sharing dari Sr. Entin, OSU/Komunitas St.Maria-Juanda, Jakarta)

Tuhan.... Aku Minta Tanda

Selasa, 22 Maret 2011



Hari Rabu 16 Maret aku kuliah pagi. masuk jam 07.00. Sesudah komuni aku cepet-cepet keluar, supaya gak ngantri di halte bus.
Melihat aku jalan cepat-cepat, Pak Miswan berkata: “Mau saya antar ke halte, suster?”
Aku jawab, “Tidak.pak. Terima kasih. masih pagi kok....
Tiba di halte Juanda pkl 06.22. Antrian sudah panjang. Bus pertama lewat.... “Harmoni!” teriak kondektur. Aku diam saja karena gak bisa lewat. Orang penuh sesak. Bus ke dua lewat... ketiga... Orang di halte tidak juga berkurang. Jam digital di halte Juanda menunjukkan anggka 06.30. Bus jurusan Kalideres lewat. Banyak orang yang naik bus ini. Antiran di depanku berkurang sehingga aku jadi orang yang berdiri di antrian tunggu paling depan.
Aku menunggu bus yang ke arah Senayan, supaya bisa langsung Juanda-Bendungan Hilir, tanpa ke Halte Harmoni dulu. Beberapa bus yang ke halte Harmoni aku biarkan lewat begitu saja. Jam sudah menunjukkan pkl 06.45. Lima belas menit lagi kuliah mulai. Perjalanan dari halte Juanda ke Atmajaya 35 menit, belum termasuk antri di halte Harmoni. Aku berdoa... TUHAN... JANGAN SAMPAI AKU TERLAMBAT...... BERI AKAU KEAJAIBAN....

PLETAKK!!!!! kepalaku dijitak. Aku mencari sumber usil ini. Tuhan berdiri di belakangku. Kata-Nya: KEAJAIBAN ?? Aku sudah memberi kesempatan.... Tawaran dari Pak Miswan, DITOLAK. Mendatangkan bus yang ke halte harmoni dan sudah berhenti TEPAT di depanmu, kakimu tidak melangkah juga. Mengingatkan bahwa menit terus berlalu, kau hanya bilang tunggu... KEAJAIBAN apa lagi yang kau harapkan?.. Bus yang ke arah Senayan itu sudah lama lewat! Dari Halte Harmoni banyak bus yang lewat Bendungan Hilir. DIJAMIN, PASTI ada. Mengapa masih juga bertahan menunggu yang tidak pasti?”

“Iya, Tuhan.... aku akan berhitung sampai 10. Jika ada bus yang ke harmoni aku akan naik,” jawabku.
Aku mulai berhitung. Satu.... dua.... tiga.... empat.... lima.... enam.... Nah.... bus datang dan aku naik. Di Harmoni langsung cari jurusan Blok M. WAHHH.... kok gak ada antrian?? Biasanya jam segini sudah seperti ular yang panjaanggg.....dan bus yang akan membawaku sudah menunggu. ..
Menit terus berlalu. Pukul 07.20 aku berdiri di depan kelas. HUH.... aku menarik nafas.( dari tadi rasanya aku lupa bernafas, saking takut terlambat) Kubuka pintu ruang kuliah. Dan.... ibu dosen belum datang. Terimakasih... Tuhan...

Dari peristiwa ini aku disadarkan kembali bahwa keajaiban Tuhan hadir dari rutinitas, yang kadang terasa membosankan. Dan tanda-tanda pertolongan Tuhan datang lewat hal-hal yang sederhana. Yang aku butuhkan hanya kepekaan untuk melihat tanda-tanda itu.
Sharing dari Sr. Siti, OSU

Gambaru

Senin, 21 Maret 2011

Dear Friends.

Ini ada tulisan bagus dari mahasiswi yg sedang kuliah di Jepang. Semoga memberikan inspirasi
Semoga bermanfaat! Kita dapat belajar dari semangat saudara-saudara kita dari Jepang. Mari kita "Bertekun dan Maju Sampai Akhir".

Salam,
Sr. Christine Hardisubroto,OSU



------------ --------- ---------
Say YES to GAMBARU!

By Rouli Esther Pasaribu

Ada satu kata yang selalu saya dengar di Jepang: motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi).

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 saja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan)

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup memang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun saya di jepang, dua tahun juga saya tidak ngerti; alasan orang Jepang menjadikan gambaru sebagai falsafah hidup mereka. Bahkan anak umur 3 tahun seperti Joanna pun sudah disuruh gambaru di sekolahnya; misalnya mengenakan baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar tidak manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah tak boleh pakai kaos kaki karena kalau telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan,

Sakit sedikit, hanya bersin-bersin atau demam 37 derajat tidak perlu bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri. Akibatnya, kalau naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan napasku kembang-kempis, kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!

Saya benar2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini sangat penting dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Aku tahu, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat Jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalau mereka kemudian mulai merasa galau, menangis habis-habisan, tidak tahu harus bagaimana. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, aku memasang saluran tv dan menunggu lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV. Sibuk mencari di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga saya tunggu2. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali TIDAK disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong? Ini yang saya lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku tidak terlalu lama terkena mati lampu)
3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana
4. Tips-tips menghadapi bencana alam
5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam
6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang terkena bencana
7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)
8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pakai kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati : *ada yang mencari istrinya, belum ketemu, wajahnya sudah sangat galau, tapi tetap tenang dan tidak emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)
*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini; Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru seperti ini, saya bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya sangat terbatas, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini tidak punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup.

Benar bahwa kita mesti berdoa, kita harus pasrah pada Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang... ..I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, saya rasa bangsa kita tidak akan bisa maju. Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari tidak berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika diperjelas lagi, tidak berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, tidak mau menghadapi masalah, main salah2an, tidak mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan saja sudah nangis manja.

Maka, mulai hari ini, jika aku mendengar kata gambaru, saya akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. (Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

(tulisan ini telah diedit seperlunya tanpa menghilangkan/mengurangi makna aslinya-red)

Semangkuk Nasi Putih

Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi di negri Tiongkok.

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya
seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir didepan sebuah rumah makan
cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak
sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran tersebut.

Kemudian pemuda itu berkata:
"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih."
dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.

Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya
meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan
semangkuk penuh nasi putih untuknya.

semangkuk

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar lalu berkata dengan
pelan:
"dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya."
Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum:
"Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir:" kuah sayur gratis."
Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.
" Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi
nasinya."  Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada
pemuda ini.
"Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa kesekolah sebagai makan
siang saya !"

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu
dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang
sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan
sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut
sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda
ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini,
hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan dibawah nasi?
Suaminya kemudian membisik kepadanya :"Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk
dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya
pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ketempat
lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."
"Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?"
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.

"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka.
Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan
pandangan mata berterima kasih kepada mereka.
"Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !" katanya sambil
melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok
jangan segan-segan datang lagi.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda
ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan
semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang
tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini
tidak pernah muncul lagi.

Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah
melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba
kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan diluar
negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis
dengan panik.

Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya
seperti direktur dari kantor bonafid.
"Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah
oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami,
perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan
keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."
"Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya
tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia !"  Sepasang suami istri ini
berkata dengan terheran.

"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka
makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain
setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah
bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan
bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses.

Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri
ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan
kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya.
Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam
berkata kepada mereka: "bersemangat ya ! dikemudian hari perusahaan tergantung
kepada kalian, sampai bertemu besok !"

Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu
perbuatan indah dan yang paling mengharukan.


(Kisah dari Sr.Christine HS)

Doa Untuk Korban di Jepang

Rabu, 16 Maret 2011

marilah kita berdoa untuk korban gempa dan gelombang tsunami di Jepang.
pada 11 maret, Jepang dihantam gempa 8,9M dan memicu tsunami disana.
Marilah kita berdoa bagi para korban dan jiwa-jiwa yang pulang ke ruma Bapa di surga.
Little Hope from GOD

Doa untuk Korban di Jepang
Allah yang berbelas kasih dan penuh kasih,
pemberi Hidup dan Cinta,
dengarkanlah doa kami
dan biarkan jeritan kami sampai kepadaMu.
Kami menangis bersama umatMu di Jepang
Kami mendengar tangisan anak-anak yang kehilangan orangtua mereka dan orangtua yang kehilangan anak-anak mereka
Kami merasakan keputus-asaan dari mereka yang masih mencari orang-orang yang mereka kasihi
kami berduka atas keheningan yang tercipta dari desa yang hilang
kami melihat kehancuran
kami tak mampu menanggung semua ini sendirian
Hati kami terdiam, pikiran kami buntu
Buatlah tangan kami tidak berhenti, suara kami tak bisu
Allah pemilik jagad raya
Bukalah hati kami untuk merasakan cintaMu
Kuatkan kami untuk mau terus memberi
Ikatkanlah kami dengan tali kasih persaudaraan, perempuan pun laki-laki
Tenangkan dan sembuhkan yang sakit, yang menderita dan yang hilang
Kuatkan para sukarelawan yang menolong dan para medis
ketuklah hati para pemimpin dunia, pemerintahan dan orang-orang yang punya kekuasaan untuk menolong
Bukalah jalan damai dan kersajama melalui tragedi ini
Dalam namaMu yang berbelas kasih dan menyembuhkan dan penuh cinta, kami berdoa
Amin

Let us pray for the victims of Japan earthquake and tsunami waves. An 8.9 earthquake struck Japan on March 11th, triggering tsunami tidal waves on the northeast part of Japan. Let us pray for all those victims and also for the souls who departed us.
Prayer for Earthquake And Tsunami Victims:-
Most merciful and compassionate God,
Giver of Life and Love,
hear our prayers
and let our cries come unto you.
We weep with your people in Japan
We hear the cries of orphaned children and laments of bereaved parents
We feel the desperation of those searching for loved ones
We behold the silence of vanished villages.
We see the devastation.
We are overwhelmed by the enormity of it all.
Our hearts are hushed, our minds are numb.
Let not our hands be stopped, our voices dumb.
God of the universe,
Open our hearts to feel your compassion
Galvanize in us the act of continued giving
Bond us to our sisters and brothers in need
Comfort and heal the injured, the bereaved, the lost
Strengthen the aid workers and medical personnel
Bolster the resolve of governments and those with power to help
Open through this tragedy pathways to partnerships and peace
In Your Name of mercy and healing and compassion we pray,
Amen.

Sumber/source:
www.Turnbacktogod.com

Komunitas Baru di Jl Pos

Selasa, 08 Maret 2011

Terwujudnya impian,
lahirnya sebuah harapan,
adalah rahmat dari Allah.

Inilah yang dirasakan oleh Komunitas Ursulin Jl Pos, saat mengikuti Misa Syukur atas kelahiran komunitas baru, Komunitas TB-TK Santa Ursula dan Kursus Bahasa Inggris (7/3). Misa yang dipimpin Rm.Brata SJ ini terasa semarak dengan persembahan angklung dan tarian dari anak-anak TK. Dalam homilinya, Rm.Brata menegaskan pentingnya hati penuh cinta dalam diri setiap penghuni komunitas baru ini. "kalau hati penuh cinta dan kedamaian maka suasana belajar pun jadi menyenangkan," katanya. "Hati yang tercerahkan akan mencerahkan,"tandasnya lagi.

Hal ini ditegaskan kembali oleh Sr.Madeleine, Pemimpin Komunitas Ursulin Jl Pos. "Seperti pada gambar di depan, ada gambar Yesus dengan anak-anak; dimana wajah anak-anak itu semuanya cerah," ungkap Sr.Madeleine. Menurut Sr.Madeleine, usaha mendirikan komunitas belajar yang menyenangkan, ramah alam dan memiliki ruang terbuka merupakan perwujudan dari visi dan misi pendidikan sekolah-sekolah dibawah naungan para suster Ursulin.

Rupanya, kelahiran baru yang disambut sukacita ini membawa kebahagiaan juga dalam diri suster dari komunitas lain yang ikut hadir seperti Sr. Betty dan Sr. Sri Utami. Ucapan selamat dan berbagai harapan baik juga diungkapkan oleh rekan guru dan kepala sekolah dari St.Theresia dan St.Vincentius yang ikut hadir. Ungkapan bahagia pun terlontar dari para rekan guru dan kepala sekolah dari unit SD sampai SMA Santa Ursula yang turut hadir.Ibarat sebuah kelahiran, maka peristiwa itu pun menguatkan kembali ikatan tali kasih dan kerjasama yang telah ada.

PROFICIAT atas Kehadiran di gedung baru: Komunitas (Unit) TB-TK Santa Ursula dan Kursus Bahasa Inggris. Semoga semakin mampu melayani siswa/i dengan penuh cinta; serta menjalin ikatan kerjasama yang lebih kuat dalam Komunitas Ursulin Jl Pos.

Bintang baru: Mahakarya DIA

Hari berjalan, waktu berlalu. 
Masih adakah tersisa kekaguman kita bagi DIA
yang telah menciptakan kita setelah alam semesta?
Allah terus berkarya
bagi kita
dalam cintaNya
inilah kisah kelahiran bintang baru di alam semesta
yang begitu indah, maha karya DIA

VIVAnews - Teleskop ruang angkasa Hubble kembali menangkap gambar fantastis. Kali ini, gambar yang ditangkap tidak berada di galaksi tata surya melainkan galaksi tetangga kita, NGC 2841. Galaksi ini merupakan salah satu galaksi terdekat yang sengaja dipilih untuk meneliti pembentukan bintang.

Foto menakjubkan yang baru dirilis oleh badan ruang angkasa NASA itu memperlihatkan sebuah galaksi besar dengan taburan bintang-bintang kecil berwarna biru layaknya batu permata. Fantastis.

Gambar ini diambil dengan instrumen baru teleskop Hubble, yakni Wide Field Camera 3 (WFC3). Dengan kemampuan yang dimilikinya, NASA berhasil menangkap gambar secara detail bahkan sampai memperoleh komposisi warna biru solid pada permukaan bintang.

Sekadar diketahui, galaksi berbentuk spiral, yang lebih dikenal dengan sebutan NGC 2841 ini terletak di konstelasi Ursa Major, sekitar 46 juta tahun cahaya dari Bumi.
Jika diamati, cahaya bintang paling terang terpusat di tengah galaksi. Sementara cahaya spiral adalah debu yang menjadi siluet limpahan bintang paruh baya.

Objek samar-samar berwarna merah jambu pada gambar merupakan emisi nebula. Hal ini menandakan bintang tersebut benar-benar baru saja lahir.

Peneliti mengatakan, foto NGC 2841 di atas adalah bagian dari studi baru bagi ilmuwan untuk memahami dan mempelajari pembentukan bintang di alam semesta. Para ilmuwan akan mengamati lingkungan yang berbeda di sekitar galaksi tersebut untuk menjawab beberapa pertanyaan kunci.

"Para astronom tidak mengerti, misalnya, bagaimana sifat pembibitan bintang sehingga variatif sesuai dengan komposisi dan kepadatan gas yang ada. Mereka juga bahkan tidak tahu apa yang memicu pembentukan bintang pertama kali," kata peneliti, yang dikutip VIVAnews dari Space.com, Sabtu 18 Februari 2011.

Saat ini, WCF3 digunakan para astronom untuk mempelajari wilayah pembentukan bintang. Target observasi adalah gugusan (cluster) bintang dan galaksi serta tingkat kelahiran bintang di galaksi aktif. Misalnya, seperti Messier 82 hingga galaksi kurang aktif seperti NGC 2841. (umi)

(Kabar berita dari Pak Didik/Guru SMP Santa Ursula Jakarta)

Pahlawan Devisa

Minggu, 06 Maret 2011

Apa sih yang ada dibenak Anda kalau ditanya tentang TKI (Tenaga Kerja Indonesia)? Jawabannya banyak. Orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, tapi pulangnya bisa dalam kondisi teraniaya, luka, cacat, bahkan meninggal. Ada juga yang berhasil pulang memajukan keluarga dan kampung halamannya. Bahkan yang terakhir adalah Nuryati, dosen Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Dulu ia PRT (pembantu rumah tangga) di Arab Saudi.

Mereka semua disebut Pahlawan Devisa dan Pemerintah RI melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi memberikan penghargaan yang namanya Indonesia Migrant Worker Award. Nuryati salah satu orang yang memperoleh penghargaan tersebut. Negara Arab Saudi pun ikut memberikan penghargaan.

Justru pengalaman pahit TKI lainnya yang masih jadi sorotan berbagai aktivis LSM, masyarakat dan media. Sepertinya penderitaan mereka tidak ada habis-habisnya.

Topik TKI juga menjadi perhatian utama bagi peserta Lokarya JPIC Ursulin 2011. Selama lima hari mulai Rabu (23/2) sampai dengan Minggu (27/2) para peserta yang sebagian besar suster Ursulin ini mendalami seluk beluk persoalan TKI. Rm. Ismartono, SJ mengajak mereka menganalisa berbagai akar masalah sedalam-dalamnya.

Pertama-tama peserta memperoleh berbagai informasi TKI yang nasibnya kurang beruntung. Dari informasi tersebut, peserta mengalami transformasi, lalu menjadi terformasi (formatted) dan kemudian menjadi informator. Jadi mereka tergugah untuk merefleksikan dan mengambil sikap terhadap ketidakadilan yang terjadi pada TKI.

Sungguh, masalah TKI menjadi masalah kita semua. Betapa tidak, di saat yang sama ketika peserta JPIC Ursulin sedang berlokarya di Bandung, para aktivis buruh mingran Indonesia kembali meradang di Jakarta. Pasalnya, para aktivis Migrant Care dan Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) menganggap ucapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie tidak berpihak pada TKI. Ini terjadi dalam acara temu penulis Kompasiana pada hari Sabtu (26/2). Cuplikan berita tadi diambil dari Harian Kompas, 1 Maret 2011.

Sedangkan yang di bawah ini bukanlah para Pahlawan Devisa, melainkan peserta lokarya JPIC Ursulin 2011.

Di Tangan Siapa?

Kamis, 03 Maret 2011



Bola basket dalam tanganku berharga $19.
Bola basket dalam tangan Michael Jordan berharga $33 juta.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Baseball dalam tanganku berharga $6.
Baseball dalam tangan Mark McGuire berharga $19 juta.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Raket tenis tak ada gunanya dalam tanganku.
Raket tenis dalam tangan Venus Williams menghasilkan kemenangan dalam kejuaraan
dunia.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Tongkat dalam tanganku menghalau binatang buas.
Tongkat dalam tangan Musa membelah lautan luas.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Ketapel dalam tanganku merupakan mainan anak-anak.
Ketapel dalam tangan Daud merupakan senjata dahsyat.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Lima roti dan dua ikan dalam tanganku menjadi beberapa potong roti isi.
Lima roti dan dua ikan dalam tangan Yesus memberi makan ribuan orang.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Paku-paku dalam tanganku menghasilkan sangkar burung.
Paku-paku dalam tangan Yesus Kristus menghasilkan keselamatan bagi segenap umat
manusia.
Tergantung ada dalam tangan siapa.

Segala sesuatu tergantung ada dalam tangan siapa.

Jadi serahkan segala masalahmu, kekhawatiranmu, ketakutanmu,
harapan-harapanmu, impian-impianmu, keluargamu, kawan serta sahabat-sahabatmu
dalam tangan Tuhan sebab...
Segala sesuatu tergantung ada dalam tangan siapa.

Pesan ini sekarang ada dalam tanganmu. Apa yang hendak Kau lakukan dengannya?
 Salam,
Sr. Christine Hardisubroto,OSU