Global Walk : Setia Sampai Akhir!!!!

Jumat, 30 September 2011


Pernah dong melihat sekumpulan orang  pakai gelang samaan? Tetapi kalau melihat para suster, bruder dan frater serta imam mengenakan gelang warna hijau gonjreng, beramai-ramai..... belum pernah kan?

Nah, Minggu (25/9) lalu para suster, bruder, frater, imam dan umat Katolik berkumpul bersama-sama di Monas. Kebanyakan mereka mengenakan gelang (rubber band) hijau cerah dan kaos putih bertulis ANCOP. Tentu saja bukan mau pawai, apalagi demo. Pasalnya di Minggu yang cerah itu, mereka akan berjalan dari Monas menuju Bundaran Hotel Indonesia, lalu kembali ke Monas. 
para suster Ursulin ikut jalan sehat. tu! wa! ga! pat!...


Jalan pagi bersama-sama itu merupakan bentuk solidaritas pada sesama yang belum beruntung secara ekonomi. Ini dipertegas dengan tulisan ANCOP yang menjadi singkatan dari ANgkat Citra Orang Papa. Dengan ikut berjalan, artinya ikut menyumbangkan sejumlah dana bagi program sekolah untuk anak-anak yang kurang mampu. Dan setelah diperhatikan lebih sungguh, ternyata banyak juga umat lain yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Soalnya, yang namanya peduli pada sesama tentu saja lintas agama, suku, ras dan bangsa!

Para frater CICM. Tidak sekadar jalan....
Program ini sebetulnya merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diselenggarakan Yayasan ANCOP dengan tema  ANCOP Global Walk . Merupakan kegiatan sosial yang dikemas dalam bentuk jalan sehat dan bertujuan untuk menggalang dana untuk membantu pendidikan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu.

Dalam kegiatan jalan santai ini tidak kurang dari 5.000 orang peserta ikut berjalan sejauh 5 kilometer. Acara tersebut dipandu presenter Donna Agnesia dan akan disiarkan stasiun TV CNN. Sejumlah pihak yang terlibat di acara itu antara lain, Romo Mardiatmaja SJ , sejumlah sekolah, tarekat relijius dan berbagai instansi swasta.
Global Walk ini sebetulnya sudah sering diselenggarakan di beberapa negara seperti di Kanada, USA, Eropa, Australia, Philipina, Timur Tengah, Afrika dan baru pertama kali diadakan di Indonesia.

Perjalanan yang menyenangkan ini pun ada godaannya. Terbukti tidak semua mau sampai di Bundaran HI dan berputar kembali ke Monas. Dalam hal ini, Sr.Siti, Sr.Indri, Sr.Ayda dan Sr,Yuli (foto) bertekad untuk terus maju sampai akhir. Hanya Sr.Siti saja yang terpaksa meninggalkan perjalanan karena ada tugas bina iman yang sudah menunggu di biara.   Dengan tersipu-sipu, Sr.Siti melangkah ke halte bis TransJakarta dan melanjutkan perjalanan dari sana ke biara. Tetapi ia membawa semangat: SETIA SAMPAI AKHIR dalam hatinya.

Bersatu Dengan Allah

Senin, 19 September 2011


Dalam subuh yang gelap, sunyi dan sepi. Ketika para suster masih terlelap, Sr. Maria Consolata Jasadihardja, OSU sudah tidak bersama kita lagi. Ia menghadap Sang Mempelainya bertepatan pada Pesta Salib Suci, Rabu 14 September 2011. Dalam perjalanan menuju RS Carolus ia telah menghembuskan napas terakhirnya pukul 4.25 WIB.

Kesibukan di Komunitas Jl. Pos langsung terasa. Semua suster terlibat dalam persiapan misa dan pemakaman. Untaian doa tiada berhenti khususnya dari kelompok suster-suster lansia yang kebetulan sedang retret tahunan di Jl. Pos.
Menjelang pukul 10 pagi, jenazah Sr. Consolata telah tiba dan disemayamkan di Kapel St. Ursula. Keluarga dan pelayat segera berdatangan untuk mendoakan almarhum. Antara lain, sejumlah guru St. Ursula English Course, SMP St. Yusuf, Pacet dan anggota Legio Mariae Presidium Regina Angelorum.  Tak ketinggalan siswa-siswi sekolah St. Ursula pun ikut memberikan penghormatan terakhir.

"Suster, siapa yang meninggal? Bagaimana ia bisa meninggal?" tanya Raditya, siswa SD St. Ursula dengan peduli setelah ia mengetahui berita dukacita ini. 

Kondisi tubuhnya memang melemah dan menurun, ia tidak mampu lagi mengikuti misa pagi di kapel dan hanya berbaring di tempat tidur. Komuni selalu diantar oleh Sr. Martha dengan setia.

Selasa sore sebelumnya suhu badan meningkat. Wajahnya tampak merah dan panas. Namun ketika hari merambat malam, kondisinya semakin memburuk. Napasnya kian berat. 

Sr. Maria Sani, Sr. Yos dan seorang perawat segera mengantar Sr. Consolata menuju RS. Carolus. Tak sempat mencapai UGD RS Carolus, almarhum sudah mengakhiri perjuangannya.

Malam harinya pukul 19.00 Misa dipersembahkan oleh Rm. Y. Dwi Harsanto, Pr. Kemudian esok paginya, misa sekaligus tutup peti dipersembahkan oleh Rm. Bratakartana, SJ. Selanjutnya dimakamkan di pemakaman para suster Ursulin Selapajang, Tangerang.

Keluarga Besar Suster Ursulin Jl. Pos Jakarta mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya bagi semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan dan doa bagi suster kami. Sr. Consolata telah menunjukkan kesetiaannya sampai akhir hayat dan kini berbahagia bersama Sang Mempelai di surga.

Selamat jalan Sr. Consolata, bersukacitalah sebab engkau sungguh dipilih Allah untuk bersatu denganNya.

Kakak dan adik alm. Sr. Consolata sedang berdoa

Ia Yang Berpesta di Surga

Rabu, 14 September 2011


Bertepatan dengan Pesta Salib Suci,
Sr. Maria Consolata Jasadihardja
telah menghadap Bapa di surga,
dan nampaknya beliau memang dengan gembira pergi ke sana untuk berpesta Salib Suci.




Tanggal Lahir    : Klaten, 15-8-1934
Kaul Pertama   : 27-1-1959
Meninggal         :Jakarta,14-9-2011
                         pkl.04.25

Riwayat Perutusan
1960 Yuniorat New Rochelle, NY
1963 Yuniorat di Merdeka, Bandung
1964 Studi, Guru SMP S.Angela
1967 Kepala SMP Regina Pacis, Solo
1970 Kepala SMP St.Bernardus
1971 Probasi
1972 Kepala SMP St.Ursula I
1975 Kepala SMP Yawata Bhakti
1982 Kepala SMP St.Yusuf, Pacet
2000 Pimpinan Kursus Bahasa Inggris St.Ursula
Beberapa tahun belakangan ini beliau sudah pensiun.

Misa Requiem
Rabu, 14 September 2011
Pkl.19.00 WIB
Oleh Romo Santo,Pr
di Kapel Santa Ursula, Jakarta

Misa Pemakaman
Kamis, 15 September 2011
Pkl.09.30 WIB
oleh Romo Brata, SJ
di Kapel Santa Ursula, Jakarta
kemudian ke Pemakaman Selapajang
oleh Romo Pascalis, SDB

Terima kasih atas dukungan doa bagi kami.
Keluarga Besar Ursulin Jl.Pos, Jakarta

Kebersamaan Yang Indah by Out Bound

Selasa, 13 September 2011


Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk menumbuh-kembangkan kebersamaan. Salah satu bentuk kegiatan yang baru-baru ini diadakan adalah temu kangen para Suster Ursulin. Meskipun begitu banyak kendala yang harus dihadapi selama persiapan pelaksanaan kegiatan tersebut, namun puji Tuhan pada akhirnya apa yang telah direncanakan dapat berlangsung dengan baik dan lancar. 
Menjadi nilai plus dari kegiatan tersebut adalah bahwa kegiatan ini diikuti oleh berbagai jenjang masa hidup membiara, mulai dari suster yunior tahun I sampai pada angkatan suster yang akan mengikuti probasi tahun ini. Bagaimana kisah berlangsungnya kegiatan tersebut...yuk kita simak bersama penggalan kisah yang akan disampaikan :
    Alkisah, pada 18-21 Agustus 2011, Tim Komisi Panggilan Ursulin bekerja sama dengan KPSU bermaksud membuat kegiatan untuk para suster muda. Kegiatan yang awalnya diperuntukkan bagi para suster yang sudah berkaul kekal. Namun akhirnya dibuka untuk semua suster, tanpa batasan masa. Kegiatan berlangsung di Wisma Salam, Magelang, tepat di tepi Sungai Krasak.   
    Kombinasi kegiatan yang variatif -- out door maupun in door -- menciptakan kebersamaan yang kental. Berbagai batasan tak menjadi penghalang. Peserta yang berjumlah 22 suster, terdiri dari 11 suster berkaul kekal dan 11 suster yunior. Kemudian.dibagi menjadi 3 kelompok kecil, dengan nama : CAYO, RAJAWALI dan TOUGH.
Cayo! Cayo! Cayo!

RAJAWALI: ...........Terbang!!!!!


Always TOUGH! dalam kebersamaan

  
Kegiatan dimulai sore hari. Para peserta didampingi oleh tim dari Rm. Hendra, Pr (pengelola Wisma Salam), menerima penjelasan tentang berbagai hal dan kegiatan yang akan dilakukan dalam out bound. 
Sebagai sesi perkenalan, peserta diajarkan 10 ragam tepuk. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan bentuk yel-yel yang menjadi kekhasan dari tiap kelompok.
Aduh Emaaaakkk!!! Help! Help!
    Para suster pun mendapat kejutan karena kegiatan out bound dilakukan pada malam itu juga. Kejutan dimulai dengan berjalan  tanpa alas kaki, mata ditutup ditambah menginjak pecahan beling lagi! Selanjutnya para suster dibagi menjadi tiga kelompok untuk sharing. Setiap kali selesai sharing, suster itu akan keluar ruangan untuk memulai tantangan malam itu.
    Tantangan pertama adalah menyusuri tali rafia dengan mata tertutup...pengalaman ini menjadikan diri sungguh terbangun untuk berani mempercayakan diri sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan. Tidak hanya itu, dalam kegelapan malam, tepat pada tengah malam, para suster beraksi menyusuri tali tambang yang tergantung pada ketinggian sekitar 6 meter dari tanah. Selesai meniti, para suster meluncur di udara bersama alat flying fox. Serunya, di bawah luncuran itu terbentang kolam ikan. Jadi, salah sedikit maka kita tercemplung! Jerit antara takut dan lepas bebas, menyemarakkan pos ini. Akhir dari kegiatan malam itu adalah, refleksi pribadi akan segala kegiatan yang telah dilakukan. Dengan diterangi oleh sebuah lilin yang menyala, tiap suster menuliskan permenungannya.
 
grand sielence



    Untuk kegiatan di hari kedua, para suster diajak melakukan kegiatan out bound yang lebih menantang untuk membangun karakter kelompok. Kerja sama team sebagai simbolisasi kerja sama komunitas sungguh tampak dalam berbagai kegiatan out bound ini. Kegiatan dimulai dengan menelusuri arena yang membentang dengan tali temali rafia sebagai rintangan. Berbagai usaha dilakukan oleh para suster, dari merayap sampai melompat. Kata- kata Bunda Angela"...Bertekun sampai akhir", terlihat sungguh dipraktekkan oleh para suster.

Patung TOTEM ala Ursulin
Kegiatan berlanjut di pos kebersamaan. Tiap kelompok disuruh melakukan formasi terpanjang dan terpendek. Yang sangat mengelikan dan mengharukan adalah saat penyusunan formasi terpendek. Masing - masing kelompok dengan segala usahanya, menyusun badan menjadi formasi terpendek. Adanya semangat pemberian diri untuk mau diinjak, mau dijadikan tumpuan sesama menjadi pancaran dari sikap kerendahan hati.

Kebersamaan dalam kerja sama yang ditekankan tidak hanya pada penyatuan ide, tetapi juga kesediaan untuk bersedia dipimpin/memimpin, mendengarkan/didengarkan, dan sebagainya. Mulai dari membangun istana dari balok, meluncur dari tebing dan juga melewati rintangan dengan menutup mata...semuanya itu berupa permainan, tetapi membawa pada pemaknaan yang mendalam dari sikap - sikap yang dibutuhkan dalam terbangunnya kebersamaan suatu komunitas.

    Mengakhiri kegiatan out bound ini, dalam kebersamaan kelompok besar, masing - masing suster mencari benda yang dijadikan sebagai simbol mutiara berharga yang diberikan pada tiap teman kelompok kecil, untuk menjadi mutiara yang harus dipelihara dari tiap - tiap pribadi.
"Nih, buat kakak suster" ..... "apaan tu dek?"

    Pada hari ketiga, kegiatan sudah berlangsung dalam ruangan. Bagai pita yang saling berkesinambungan, kegiatan selanjutnya pun berkaitan dengan kegiatan sebelumnya. Dalam hal ini, Sr.Jeannett, OSU menjelaskan tentang Spiritualitas Santa Angela dan Penghayatan Ketiga Kaul. Penjelasan ini membuat para suster kembali diajak untuk menelusuri perjalanan panggilan yang telah ditempuh. Nasihat Kelima Santa Angela"...sekarang saya lebih hidup daripada waktu mereka melihat saya...", menjadikan para suster bersemangat untuk semakin menghidupi nilai-nilai yang telah tertanam dalam diri sebagai pengikut Santa Angela.
"Ayo kita hadirkan Bunda Angela"


    Sore hari, hadirlah nara sumber lain. Rm.Gandhi, SJ, Promotor Komisi Panggilan Serikat Jesus membekali para suster dengan segala sharing beliau dalam usaha menyajikan berbagai bentuk promosi panggilan untuk hidup membiara.



   Malam terakhir, acara puncak kebersamaan dimeriahkan dengan tampilan ekspresi tiap kelompok. Ada yang drama, gerak dan lagu, sampai akhirnya saling "ngerjain teman". Untuk kegiatan hari ketiga, ditutup dengan permenungan malam.

Pada hari terakhir (keempat), saat mengikuti misa Mingguan di Paroki Salam, para suster mempersembahkan sebuah lagu "PERSEMBAHAN HIDUP", pada saat komuni. Seusai menyanyi, umat mengapresiasi dengan tepukan tangan. Ah, senangnya. Senyum gembira pun merekah.

    Mengakhiri kegiatan kebersamaan, para suster berziarah ke Gua Maria Ganjuran dan berekreasi ke Pantai Depok, yang berada di jalur Pantai Parang Tritis. Acara kebersamaan dimeriahkan dengan kegiatan makan ikan di warung Ungu-Depok...    Demikianlah penggalan kisah kegiatan kebersamaan para suster muda Ursulin.
masa kecil kurang bahagia, udah tua masih main layangan...


    Terima kasih kami ucapkan kepada pihak penyelenggara. Terutama untuk Sr.Igantine,OSU yang setia mendampingi dalam seluruh proses.
tetap SEMANGAT!!!!

Semoga akan diadakan lagi kegiatan kebersamaan sejenis...Nasehat Bunda Angela "HIDUPLAH DALAM KESERASIAN SEHATI SEKEHENDAK, DAN TERIKAT SATU SAMA LAIN DENGAN CINTA KASIH...", semoga pengalaman kegiatan kebersamaan ini pun, dapat diwujudnyatakan di komunitas masing - masing...CAYO...RAJAWALI...TOUGH...siap...bergerak...garami komunitas...pssstttt tapi jangan asin-asin ya!

terima kasih untuk kebersamaannya









 (Sharing kisah: Sr.Yuli, komunitas Jl.Pos)

Allah Tak Pernah Menyerah

Sabtu, 10 September 2011


Pada suatu hari, seorang petani mempersiapkan doa agar hujan segera turun. Setiap minggu, ia dan para petani yang lain akan berkumpul dekat Gereja dan berdoa untuk ujud itu. 

Sampai pada suatu hari Minggu, seorang imam datang dan bertanya, "Bagaimana Allah akan memberikan kamu hujan, kalau kalian tak punya iman?


Para pertani itu balik bertanya, "Dari mana anda tahu bahwa kami tak beriman?"


Sang Imam pun menjawab, "Setiap hari Minggu, kalian berdoa agar Allah menurunkan hujan. Tapi, berapa banyak dari kalian yang membawa payung?"
Tak ada seorang pun di dalam Gereja membawa payung.
Sang Imam melanjutkan, "Tak ada seorang pun dari kalian yang bersiap diri untuk menerima rahmat Allah yang telah kalian minta."


Minggu berikutnya, para petani itu mulai ada yang membawa payung.
Dan tak lama kemudian, hujan pun turun.
Sahabatku, apakah engkau siap dengan rahmat untukmu?


Nuh membangun kapal sebelum hujan turun, bukan saat hujan itu turun. 
Sebaiknya engkau mulai membangun 'kapal'mu, sekarang.


Apakah engkau berharap dengan sepenuh hati agar doa-doamu di jawab? 
Renungkan: mana 'payung'mu? identifikasi 'payung'mu dan bawalah bersamamu.
Saat ini, bisa saja ada yang mulai menyerah pada harapan akan doa pada Allah. Tetapi jangan putus asa. Karena Allah tak pernah menyerah. Dia ingin memberikan rahmatNya padamu, sekarang!
     
       May your dreams come true,

TAKJIL DAN BOTRAM

Jumat, 02 September 2011

Dalam rangka menghargai dan mendukung umat Islam yang sedang menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadhan, Sekolah SMP Yuwati Bhakti Sukabumi mengadakan aksi nyata di bulan puasa. Aksi pertama terjadi pada tanggal 19 Agustus 2011 dengan membagi Tajil yakni minuman kolak yang biasa disantap oleh umat muslim ketika berbuka puasa. Sr. Maria Goretti Neu,OSU selaku kepala Sekolah, didukung oleh para orang tua murid dan para guru membuat sendiri kolak yang akan dibagikan.

Kolak yang sedianya disiapkan sekitar 200-an bungkus meningkat menjadi 400-an bungkus lebih. Ini terjadi karena dukungan spontan dari para orang tua yang dengan caranya masing-masing menyumbang pisang, kelapa, gula, dan lain-lain.

Kolak siap disantap tersebut dibagi-bagikan kepada umat mu
slim yang melintas di jalan raya depan sekolah SMP Yuwati Bhakti. Murid yang beragama Islam mengenakan busana muslim lengkap dengan jilbab bersama anggota OSIS membagi-bagikan kolak dengan wajah penuh keramahan. Sukacita dan kegembiraan terpancar di wajah umat muslim yang menerima tajil kolak.
Rupanya satu kegiatan saja belum cukup untuk menunjukkan rasa menghargai dan mendukung umat Islam yang sedang menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadhan. Para orang tua mengusulkan untuk mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama. Maka pada tanggal 25 Agustus 2011 kembali bantuan dari orang tua mengalir untuk mendukung acara ini: beras, lauk pauk, sayuran, buah-buahan. Bahkan ada orang tua yang sampai membawa tungkunya dari rumah supaya bisa masak nasi dengan rasa yang lebih sedap dan alami. Sedari pagi asap mengepul dari arah sekolah SMP.
Daun pisang dibentang lebar-lebar di aula SMP lalu nasi, sayur, lauk pauk yang sudah matang diatur di atasnya. Semua guru, karyawan dan murid yang menjalankan ibadah puasa diundang untuk berbuka puasa bersama. Semua duduk membanjar kiri-kanan dari jajaran daun pisang.

Inilah buka puasa ala “botram atau ngegonjleng” tidak perlu piring dan sendok. Semuanya serba alamiah, daun pisang sebagai piringnya dan makannya pakai tangan. Setelah Bedug Magrib berbunyi tanda sudah buka, seorang pak guru yang beragama Islam langsung memimpin doa. Setelah itu semua yang hadir minum air, makan takjil kolak dan menyantap nasi botram.

Rasa persaudaraan merasuk dalam hati. Inilah wujud nyata dari toleransi antar umat beragama. Saling menghargai dan memberikan dukungan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.

(Kisah Sharing Sr. Reta/Komunitas Sukabumi)

Anak-anak

Anak-anak dari Taman Kanak-kanak Sukapirena, Yayasan Yuwati Bhakti Sukabumi-Jawa Barat mau berbagi cerita pada Hari Kemerdekaan RI yang ke 66.
Semua berpakaian merah putih supaya lebih bersemangat dan mencintai negara Indonesia.
Lomba sepak bola sambil mengenakan sarung kian seru dan menegangkan. Yang mirip anggota timnas Indonesia Cristian Gonzales tampak berjuang merebut bola.
Tak lupa bermeditasi untuk ketentraman bangsa...
dan negara yang sejahtera.
Suster, bapak, ibu, om, tante, dan kakak-kakak, inilah Sr. Reta, OSU yang membantu kami mengirimkan foto dan cerita ke blog Ursulin Post. Hatur nuhun.