TAKJIL DAN BOTRAM

Jumat, 02 September 2011

Dalam rangka menghargai dan mendukung umat Islam yang sedang menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadhan, Sekolah SMP Yuwati Bhakti Sukabumi mengadakan aksi nyata di bulan puasa. Aksi pertama terjadi pada tanggal 19 Agustus 2011 dengan membagi Tajil yakni minuman kolak yang biasa disantap oleh umat muslim ketika berbuka puasa. Sr. Maria Goretti Neu,OSU selaku kepala Sekolah, didukung oleh para orang tua murid dan para guru membuat sendiri kolak yang akan dibagikan.

Kolak yang sedianya disiapkan sekitar 200-an bungkus meningkat menjadi 400-an bungkus lebih. Ini terjadi karena dukungan spontan dari para orang tua yang dengan caranya masing-masing menyumbang pisang, kelapa, gula, dan lain-lain.

Kolak siap disantap tersebut dibagi-bagikan kepada umat mu
slim yang melintas di jalan raya depan sekolah SMP Yuwati Bhakti. Murid yang beragama Islam mengenakan busana muslim lengkap dengan jilbab bersama anggota OSIS membagi-bagikan kolak dengan wajah penuh keramahan. Sukacita dan kegembiraan terpancar di wajah umat muslim yang menerima tajil kolak.
Rupanya satu kegiatan saja belum cukup untuk menunjukkan rasa menghargai dan mendukung umat Islam yang sedang menjalankan ibadah Puasa di bulan Ramadhan. Para orang tua mengusulkan untuk mengadakan kegiatan Buka Puasa Bersama. Maka pada tanggal 25 Agustus 2011 kembali bantuan dari orang tua mengalir untuk mendukung acara ini: beras, lauk pauk, sayuran, buah-buahan. Bahkan ada orang tua yang sampai membawa tungkunya dari rumah supaya bisa masak nasi dengan rasa yang lebih sedap dan alami. Sedari pagi asap mengepul dari arah sekolah SMP.
Daun pisang dibentang lebar-lebar di aula SMP lalu nasi, sayur, lauk pauk yang sudah matang diatur di atasnya. Semua guru, karyawan dan murid yang menjalankan ibadah puasa diundang untuk berbuka puasa bersama. Semua duduk membanjar kiri-kanan dari jajaran daun pisang.

Inilah buka puasa ala “botram atau ngegonjleng” tidak perlu piring dan sendok. Semuanya serba alamiah, daun pisang sebagai piringnya dan makannya pakai tangan. Setelah Bedug Magrib berbunyi tanda sudah buka, seorang pak guru yang beragama Islam langsung memimpin doa. Setelah itu semua yang hadir minum air, makan takjil kolak dan menyantap nasi botram.

Rasa persaudaraan merasuk dalam hati. Inilah wujud nyata dari toleransi antar umat beragama. Saling menghargai dan memberikan dukungan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.

(Kisah Sharing Sr. Reta/Komunitas Sukabumi)

0 komentar:

Posting Komentar