Musdik 2011: Tim Kecil yang Berbuah Besar

Rabu, 16 Februari 2011

Tim Komisi Pendidikan Ursulin akhirnya tersenyum lebar saat Sr. Maria Sani, osu dengan cerah menutup kegiatan besar ini diiringi dengan tepuk tangan meriah dari peserta. Lalu Sr. Maria Sani mengundang semua peserta yang hadir untuk berdiri dan menyanyikan lagu SERVIAM.
Kebahagiaan Sr. Maria Sani memang beralasan. Kegiatan besar ini berhasil ditangani oleh sebuah tim kecil. Beberapa suster memang dimintakan bantuan on the spot; tetapi pada dasarnya dari hulu sampai ke hilir, semuanya dilakukan oleh tim kecil dari Komisi Pendidikan Ursulin.

Sangkal Putung: Sr.Maria Sani,osu
Musyawarah Pendidikan Ursulin saat ini mengambil tema Peran Pendidik Dalam Meningkatkan Kepribadian Peserta Didik. Diselenggarakan di Sangkal Putung, Klaten - Jawa Tengah pada 10-13 Februari 2011. Jumlah peserta sekitar 140 orang dari seluruh sekolah yang dikelola oleh suster Ursulin.

Sebagai pembicara diambil beberapa orang yang memang pakar di bidangnya. Misalnya Bruder Bambang, FIC yang memberikan landasan spiritual dari seorang pendidik.Bruder Bambang menegaskan pentingnya seseorang untuk memahami siapa pendidik itu. Jika pemahaman diri seorang pendidik sudah kabur maka ia pun bisa terjebak pada posisi pengajar. Artinya, seorang pendidik tidak lagi mendidik (transfer ilmu dan nilai hidup) tetapi hanya mengajar (transfer ilmu).

Br.Bambang FIC

Hal ini diperkuat dengan Romo Yudo SJ dan Ibu Deta yang mengungkapkan tentang pentingnya memahami anak jaman sekarang. Secara tegas Rm Yudo mengungkapkan bahwa seorang pendidik perlu memahami konteks ia berkarya. "Mendidik di Papua akan sangat berbeda dengan mendidik di Jawa" katanya. Rm.Yudo menjelaskan beberapa konteks yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Konteks tersebut adalah: konteks negara (kebijakan pemeriantahan), masyarakat (sosial budaya), Organisasi atau Karya Pendidikan Ursulin (visi, misi, strategi serta sistem yang dibangun) sampai situasi siswa/i yang saat ini tengah dididik. Sementara Ibu Deta menjelaskan berbagai kasus yang terjadi di sekolah dan penanganannya. Sebagai seorang konselor sekolah yang handal, Ibu Deta memberikan berbagai tips dan trik untuk menangani anak tertentu.

Pastor Yudo, SJ

Di hari ketiga, pembicara yang diundang adalah Rm CB Kusmaryanto, SCJ. Beliau membawakan tentang Mencintai Kehidupan. Dengan lugas, singkat dan padat, Pastor yang mendalami bioetika ini menjelaskan tentang pentingnya menghargai hidup. Dimana saat ini gejala tidak menghargai hidup sangat terasa misalnya terjadinya kekerasan, penganiayaan dan semuanya bisa sampai berakhir dengan fatal: kematian. Untuk itu beliau mulai dengan landasan mengapa kita perlu mengharga kehidupan melalui pembahasan Human Right dan Hak Dasar Manusia.
Kemudian dilanjutkan dengan pandangan Gereja tentang manusia. Serta penjelasan ilmiah tentang waktu mulainya manusia dikatakan hidup. Pehamanan bahwa manusia baru hidup setelah janin berumur 40 hari atau 120 hari adalah tidak tepat. Pada dasarnya calon manusia sudah hidup sejak terjadi pembuahan selama 24 jam. bersatunya ovum dan sperma yang menjadikan keduanya satu disebut zygot adalah mahluk hidup. bukan barang mati. Pemahaman ini menjadi penting bagi seorang pendidik agar mampu mencintai setiap siswa/i secara utuh.
Rm Kusmaryanto. SCJ

Hari terakhir diisi dengan sharing antar yayasan dan penmbuatan program kerja selama beberapa tahun ke depan. Seluruh rangkaian musyawarah pendidikan ini ditutup dengan misa yang dipersembahkan oleh Pastor Abdi.
Gereja di Sangkal Putung
Semoga dengan musyawarah pendidikan ini, semua yang mengambil bagian dalam dunia pendidikan bersama suster Ursulin mampu menjadi pendidik yang militan dan penuh kasih. Mendidik menjadi sebuah panggilan hidup serta membuahkan hasil melimpah bagi kemuliaan Allah.

Terima kasih banyak kami ucapkan pada para suster di Komisi Pendidikan Ursulin. SALUT!! Proficiat.

0 komentar:

Posting Komentar