Hari Rabu 16 Maret aku kuliah pagi. masuk jam 07.00. Sesudah komuni aku cepet-cepet keluar, supaya gak ngantri di halte bus.
Melihat aku jalan cepat-cepat, Pak Miswan berkata: “Mau saya antar ke halte, suster?”
Aku jawab, “Tidak.pak. Terima kasih. masih pagi kok....
Tiba di halte Juanda pkl 06.22. Antrian sudah panjang. Bus pertama lewat.... “Harmoni!” teriak kondektur. Aku diam saja karena gak bisa lewat. Orang penuh sesak. Bus ke dua lewat... ketiga... Orang di halte tidak juga berkurang. Jam digital di halte Juanda menunjukkan anggka 06.30. Bus jurusan Kalideres lewat. Banyak orang yang naik bus ini. Antiran di depanku berkurang sehingga aku jadi orang yang berdiri di antrian tunggu paling depan.
Aku menunggu bus yang ke arah Senayan, supaya bisa langsung Juanda-Bendungan Hilir, tanpa ke Halte Harmoni dulu. Beberapa bus yang ke halte Harmoni aku biarkan lewat begitu saja. Jam sudah menunjukkan pkl 06.45. Lima belas menit lagi kuliah mulai. Perjalanan dari halte Juanda ke Atmajaya 35 menit, belum termasuk antri di halte Harmoni. Aku berdoa... TUHAN... JANGAN SAMPAI AKU TERLAMBAT...... BERI AKAU KEAJAIBAN....
PLETAKK!!!!! kepalaku dijitak. Aku mencari sumber usil ini. Tuhan berdiri di belakangku. Kata-Nya: KEAJAIBAN ?? Aku sudah memberi kesempatan.... Tawaran dari Pak Miswan, DITOLAK. Mendatangkan bus yang ke halte harmoni dan sudah berhenti TEPAT di depanmu, kakimu tidak melangkah juga. Mengingatkan bahwa menit terus berlalu, kau hanya bilang tunggu... KEAJAIBAN apa lagi yang kau harapkan?.. Bus yang ke arah Senayan itu sudah lama lewat! Dari Halte Harmoni banyak bus yang lewat Bendungan Hilir. DIJAMIN, PASTI ada. Mengapa masih juga bertahan menunggu yang tidak pasti?”
“Iya, Tuhan.... aku akan berhitung sampai 10. Jika ada bus yang ke harmoni aku akan naik,” jawabku.
PLETAKK!!!!! kepalaku dijitak. Aku mencari sumber usil ini. Tuhan berdiri di belakangku. Kata-Nya: KEAJAIBAN ?? Aku sudah memberi kesempatan.... Tawaran dari Pak Miswan, DITOLAK. Mendatangkan bus yang ke halte harmoni dan sudah berhenti TEPAT di depanmu, kakimu tidak melangkah juga. Mengingatkan bahwa menit terus berlalu, kau hanya bilang tunggu... KEAJAIBAN apa lagi yang kau harapkan?.. Bus yang ke arah Senayan itu sudah lama lewat! Dari Halte Harmoni banyak bus yang lewat Bendungan Hilir. DIJAMIN, PASTI ada. Mengapa masih juga bertahan menunggu yang tidak pasti?”
“Iya, Tuhan.... aku akan berhitung sampai 10. Jika ada bus yang ke harmoni aku akan naik,” jawabku.
Aku mulai berhitung. Satu.... dua.... tiga.... empat.... lima.... enam.... Nah.... bus datang dan aku naik. Di Harmoni langsung cari jurusan Blok M. WAHHH.... kok gak ada antrian?? Biasanya jam segini sudah seperti ular yang panjaanggg.....dan bus yang akan membawaku sudah menunggu. ..
Menit terus berlalu. Pukul 07.20 aku berdiri di depan kelas. HUH.... aku menarik nafas.( dari tadi rasanya aku lupa bernafas, saking takut terlambat) Kubuka pintu ruang kuliah. Dan.... ibu dosen belum datang. Terimakasih... Tuhan...
Dari peristiwa ini aku disadarkan kembali bahwa keajaiban Tuhan hadir dari rutinitas, yang kadang terasa membosankan. Dan tanda-tanda pertolongan Tuhan datang lewat hal-hal yang sederhana. Yang aku butuhkan hanya kepekaan untuk melihat tanda-tanda itu.
Menit terus berlalu. Pukul 07.20 aku berdiri di depan kelas. HUH.... aku menarik nafas.( dari tadi rasanya aku lupa bernafas, saking takut terlambat) Kubuka pintu ruang kuliah. Dan.... ibu dosen belum datang. Terimakasih... Tuhan...
Dari peristiwa ini aku disadarkan kembali bahwa keajaiban Tuhan hadir dari rutinitas, yang kadang terasa membosankan. Dan tanda-tanda pertolongan Tuhan datang lewat hal-hal yang sederhana. Yang aku butuhkan hanya kepekaan untuk melihat tanda-tanda itu.
Sharing dari Sr. Siti, OSU
0 komentar:
Posting Komentar